SELINTAS SEJARAH IPNU
Oleh : Ainun Yakin
I. Sejarah lahirnya IPNU
Berawal dari ide para putra Nahdlatul Ulama, yakni pelajar dan santri pondok pesantren untuk mendirikan suatu kelompok atau perkumpulan, maka bermunculanlah beragam organisasi berbasis kepelajaran, a.l :
1. Pada tahun 1939 lahir PERSANO (Persatoean Santri Nahdlatoel Oelama).
2. Pada tahun 1947 Lahir IMNU (Ikatan Murid Nahdlatul Ulama) di Malang.
3. Pada tahun 1950 berdiri IMNU (Ikatan Mubaligh Nahdlatul Ulama di Semarang.
4. Tsamaratul Mustafidin yang terbentuk pada tanggal 11 Oktober 1936 di Surabaya,
5. Persatuan Anak-anak Nahdlatul Oelama (PERSANO), Persatuan Anak Moerid
6. Nahdlatul Oelama (PAMNO) tahun 1941;
7. Ikatan Moerid Nahdlatul Oelama (IMNO) pada tahun 1945,
8. Ijtimauttholabah Nahdlatul Oelama (ITNO) pada tahun 1946,
9. Subbanul Muslimin yang berdiri di Madura, serta masih banyak lagi.
Gerakan-gerakan organisasi pelajar ini baru terlihat menggeliat pada tahun 50-an dengan berdirinya beberapa organisasi pelajar lain, seperti :
1. Ikatan Siswa Muballighin Nahdlatul Oelama (IKSIMNO) ada tahun 1952 di Semarang,
2. Persatuan Pelajar Nahdlatul Oelama (PERPENO) di Kediri,
3. Ikatan Pelajar Nahdlatul Oelama (IPNO) di Surakarta dan lain sebagainya
Namun organisasi-organisasi yang telah berdiri di atas masih berjuang sendiri-sendiri dan bersifat kedaerahan.
Bertitik tolak dari kenyataan tersebut, maka Almarhum Tholcha Mansyur (Malang), Sofyan Cholil (Jombang), H. Mustamal (Solo) bermusyawarah untuk mempersatukan organisasi-organisasi tersebut dalam satu wadah, satu nama dan satu faham dengan nama IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama) pada saat berlangsung kongres LP Ma’arif NU di Semarang pada tanggal 24 Februari 1954/ 20 Jumadil akhir 1373 Hijriyah.
Setahun setelah berdirinya IPNU, tepatnya pada muktamar IPNU di Semarang tanggal 2 Maret 1955, berdiri Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU). Sebagai wadah berhimpun pelajar putri NU, sebab IPNU hanya beranggotakan pelajar putra.
Pada kongres ke VI di Surabaya IPNU menjadi badan otonom NU (Nahdlatul Ulama). Sehingga IPNU Berhak mengatur rumah tangganya sendiri baik ke luar maupun ke dalam, tidak lagi tergantung kepada kebijakan LP Ma’arif.
Pada masa orde baru IPNU berubah nama menjadi Ikatan Putra Nahdlatul Ulama saat kongres ke X di Jombang disebabkan organisasi pelajar yang diakui pemerintah hanya OSIS sebagai organisasi intra sekolah dan Pramuka sebagai organisasi ekstra sekolah. Sehingga ladang garap IPNU tidak hanya pelajar dan santri saja, tetapi juga pemuda, remaja dan mahasiswa.
Namun dalam kongres ke-XIV tanggal 18 – 24 Juni 2003 di Surabaya IPNU sepakat untuk kembali ke habitatnya semula dengan berganti nama menjadi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dengan orientasi pelajar, santri dan mahasiswa.
Lahirnya Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dilatar belakangi oleh adanya kebutuhan wadah pengkaderan bagi generasi muda NU yang bersumber dari kalangan pesantren dan pendidikan umum, yang diharapkan dapat berkiprah di berbagai bidang, baik politik (kebangsaan), birokrasi, maupun bidang-bidang profesi lainnya. Pada awalnya embrio organisasi ini adalah berbagai organisasi atau asosiasi pelajar dan santri NU yang masih bersifat lokal dan parsial.
II. Tujuan Organisasi
Terbentuknya pelajar bangsa yang bertaqwa kepada Allah swt., berilmu, berakhlaq mulia, dan berwawasan kebangsaan serta bertanggung jawab atas tegaknya syariat Islam menurut faham Ahlussunnah wal Jama’ah yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Di bidang pendidikan IPNU mempunyai tujuan:
• Untuk memelihara rasa persatuan dan kekeluargaan di antara pelajar umum, santri dan mahasiswa.
• Membina dan meningkatkan pendidikan dan kebudayaan Islam.
• Meningkatkan harkat masyarakat Indonesia yang berasusila dan mengabdi kepada agama, bangsa dan negara.
III. Citra Diri Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama
Citra diri IPNU & IPPNU dilandasi oleh pokok-pokok pikiran bahwa manusia bertanggung jawab melaksanakan misi khalifah, yaitu memelihara, mengatur, dan memakmurkan bumi.
Makna dan fungsi manusia sebagai khalifah memiliki dua dimensi, yaitu dimensi sosial (horizontal) dan dimensi ilahiah (vertikal)
• •Sosial bermakna mengenal alam, memikirkannya, dan memanfaatkan alam demi kebaikan dan ketinggian derajat manusia sendiri.
• Ilahiah yaitu mempertanggungjawabkan segala perbuatannya di hadapan Allah SWT.
Secara sosiologis manusia merupakan suatu komunitas yang memiliki nila-nilai kemanusiaan (moral, nilai sosial dan nilai keilmuan)
IV. Kondisi IPNU Sebelum Khitthah NU
IPNU telah melangkah menuju kemajuan dan kiprahnya telah diakui masyarakat. Namun pada perkembangannya tidak dapat mencapai puncak programnya, karena NU sebagai organisasi induknya pada saat itu masih terbawa arus politik sehingga ummat tidak menjadi perhatian utama.
V. Kondisi IPNU Pasca Khitthah NU
Perkembangan pasca khittah NU dan Kongres Jombang sangat menggembirakan karena khittah mampu mencipatkan iklim yang kondusif bagi pengembangan organisasi.
Namun IPNU menyadari bahwa sumbangannya sendiri dan masyarakat luas belum banyak. Dan generasi muda sebagai tenaga potensial pembangunan nasional membutuhkan pembinaan, maka IPNU memandang mendesak adanya konsep Citra Diri IPNU dalam rangka meningkatkan keperansertaannya dalam pembangunan bangsa.
IX. Alumni IPNU yang Menjadi “Orang Besar”
IPNU sebagai salah satu organisasi pelajar yang berskala nasional telah menumbuhkan berbagai tokoh-tokoh yang mempunyai peran penting dalam kemajuan Bangsa Indonesia, khususnya ummat Islam. Tokoh-tokoh tersebut antara lain :
1. Bapak KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur)
Mantan ketua IPNU Komisariat PP Tambakberas Jombang
Mantan Presiden RI
Ketua Dewan Syuro PKB
2. Bapak Prof. Dr. KH. M. Tolhah Hasan (Singosari)
Duduk sebagai Ketua cabang IPNU Malang ketika masih di bangku SLTP
Mantan Menteri Agama (Kabinet Indonesia Bersatu-Era Gus Dur)
Pernah menghadap Bupati Malang dengan hanya memakai celana pendek (seragam SLTP pada waktu itu)
3. Bapak Dr. KH. A. Hasyim Muzadi (Malang)
Mantan Ketua Cabang Tuban
Ketua Pengurus Besar NU sekarang di Jakarta
Sekjen ICIS (International Conference of Islamic Scholars - Forum silaturahmi ulama & cendekiawan Islam sedunia)
4. Bapak Hamzah Haz
Mantan ketua Pengurus Cabang NU Kutai
Mantan Wakil Presiden RI
Ketua Umum DPP PPP
Dan masih banyak lagi tokoh-tokoh lainnya.
I. Khatimah
Dengan berbagai pemaparan di atas, diharapkan kita sebagai kader IPNU dapat memahami dan meneladani perjuangan pendahulu IPNU demi mewujudkan kejayaan ummat Islam, khususnya warga Nahdliyin untuk mencapai satu tujuan meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT sebagaimana motto IPNU “belajar, berjuang, dan bertaqwa”.
Cita-cita Kita:
“Terwujudnya pelajar-pelajar yang bertaqwa kepada Allah SWT,berilmu, inovatif, dan kreatif serta berguna dengan berdasarkan syariat Islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar