MENGUCAPKAN
SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1431 H
JA'ALALLAAHU LANA WA IYYAKUM MINAL 'AIDIN WAL FAIZIN
MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN
Blog yang berisi sebagian aktifitas kami Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama Ranting Desa Kebonsari Kec.Sumbersuko - Kab.Lumajang, Jawa Timur
Mulai edisi kali ini kami akan mencoba menghadirkan materi2 seputar Aswaja, NU, dan ke-IPNU-an. Adapun tulisan-tulisan ini kami ambil dari materi rutinan yang ditujukan bagi anggota Ranting Kebonsari yang disampaikan oleh rekan2 dari PAC.IPNU Sumbersuko dengan Judul WABAH (Wawasan Bagi Hati) PELAJAR NU.
Selamat menikmati.
MENGENAL AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH
Kata Ahlus Sunnah Wal Jama’ah terdiri dari tiga kata yaitu Ahlun (golongan), Assunnah (segala sesuatu yang berasala dari Rasulullah), dan Al-Jama’ah (golongan mayoritas umat Islam), jadi Ahluss Sunnah Wal Jama’ah adalah ajaran (wahyu Allah SWT) yang disampaikan nabi Muhammad SAW kepada para Sahabat-Nya dan beliau amalkan serta diamalkan para Sahabat. Hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani, Imam Tirmidzi, Ibn Hajar Al-Asqalani dan yang lainnya. Yang artinya “Kaum Yahudi terpecah menjadi 71 golongan, kaum Nasrani 72 golongan dan umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, yang selamat hanhay satu sedang yang lain akan binasa. Sahabat bertanya : siapa yang selamat ? Rasulullah bersabda : Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, Sahabat bertanya lagi : apa Ahlus Sunnah Wal Jama’ah itu ? Rasululllah menjawab : مَا اَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِيي (Apa yang aku berada diatasnya (dilakukan Nabi) dan para Sahabatku).”
1 Edisi II, Mei 2010
Pernyataan Rasulullah SAW ini tentu tidak sekedar kita maknai secara tekstual, tetapi karena hal tersebut berkaitan dengan pemahaman tentang ajaran Islam maka Ahlus Sunnah Wal Jama’ah lebih kita artikan sebagai metode atau cara memahami nash dan bagaimana mentafsirkannya.
Rasulullah merupakan Nabi dan Rasul terakhir yang mendapat wahyu untuk umat manusia dan mendapat mu’jizat yang terbesar yaitu Al-Qur’an yang menjadi pedoman dan kitab suci bagi umat Islam. Segala permasalahan yang timbul pada zaman Rasulullah masih hidup dapat ditanyakan dan diselesaikan oleh Rasulullah SAW langsung karena beliau merupakan utusan Allah yang diberi keistimewaan dan merupakan sumber hukum setelah Al-Qur’an.
Namun setelah Rasulullah SAW wafat penyelesaian masalah sebagaimana semasa hidup Rasulullah SAW tidak ditemukan lagi, perselisihan dan perbedaan pendapat mulai timbul pada zaman KhuIlafaurrasyidin terutama pada akhir pemerintahan Usman bin Affan karena umat Islam terutama pendukung Ali bin Abi Thalib termakan rayuan dan fitnah dari Abdullah bin Saba’ seorang pendeta Yahudi asal Yaman yang mengaku masuk Islam dan berhasil mempengaruhi pendukung Ali bin Abi Thalib melahirkan golongan Syi’ah.
2
Terjadinya perpecahan umat Islam di awali dengan terjadinya perang Shiffin pada tahun 37 H antara pihak Ali bin Abi Thalib dengan Mu’awiyah bin Abi Sofyan yang masih saudara dari Usman bin Affan, yang diakhiri dengan peristiwa majlis Tahkim. Dengan adanya peristiwa ini muncul golongan Khawarij yang menyatakan keluar dari pihak Ali bin Abi Thalib dan Mu’awiyah bin Abi Sofyan dan menyatakan bahwa orang yang menerima peristiwa tahkim dihukumi kafir.
Selanjutnya, muncul golongan murji’ah yang dipimpin oleh Hasan bin Hilal Al-Muzni yang berfatwa “bahwa perbuatan maksiat tidak mengandung bahaya apabila sudah beriman”. Adalagi golongan Jabbariyah yang dipelopori oleh Jahm bin Sofyan yang menyatakan “bahwa manusia tidak mempunyai kekuatan untuk berbuat sesuatu, semua usaha manusia pada hakikatnya bukan kemampuan manusia tetapi merupakan perbuatan Tuhan”, dan golongan Qodariyah yang mengatakan bahwa perbuatan manusia itu diciptakan oleh dirinya sendiri tanpa harus ada campur tangan dari Tuhan.
Kemudian Pada awal abad II H gerakan Qodariyah dilanjutkan oleh golongan Mu’tazilah yang dipimpin oleh Washil bin Atho’ yang menempatkan akal di atas segala-galanya melebihi Al-Qur’an dan Al-Hadis bahkan mereka menolak ayat-ayat atau hadis-hadis yang tidak masuk akal, mereka tidak mempercayai peristiwa Isra’ Mi’raj, siksa kubur karena dianggap tidak masuk akal.
Munculnya golongan-golongan di atas timbul awalnya dari masalah Imamah (pengganti Nabi sebagai pepimpin) yang kemudian tumbuh dan berkembang ke dalam masalah aqidah. Dari situ, kemudian merambah ke dalam wilayah agama. Terutama seputar hukum seorang muslim yang berbuat dosa besar dan bagaimana statusnya ketika ia mati, apakah tetap mukmin atau sudah kafir.
3
Pembicaraan tentang aqidah masa berikutnya meluas kepada persoalan-persoalan Tuhan dan manusia. Terutama terkait perbuatan manusia dan kekuasaan Tuhan. Demikian juga tentang sifat Tuhan, keadilan Tuhan, melihat Tuhan, kehudutsan dan keqadiman sifat-sifat Tuhan dan kemakhlukan Al-Qur’an. Dalam mempertahankan pendapat tentang persoalan tersebut terjadi perbedaan yang sangat tajam dan saling bertentangan.
Dari peristiwa diatas, maka ajaran Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang pada hakikatnya adalah ajaran Islam yang dipraktekkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya dirumuskan kembali (direkontruksi) dan disistematikan oleh Imam Abu Hasan Al-Asy’ari (lahir di Basrah, 260 H/873 M, wafat di Baghdad, 423 H/935 M) dan Imam Abu Manshur al-Maturidi (lahir di Maturid-Samarkand, wafat 333 H/) sebagi upaya untuk mengkompromikan dari perbedaan-perbedaan pendapat dari golongan di atas dan mengmbalikan ajaran Islam sesuai dengan yang dipraktikan dan diajarkan nabi Muhammad SAW.
Jadi, apa yang telah di sabdakan oleh Rasulullah SAW dalam hadis diatas itu benar-benar terjadi di zaman sekarang ini, banyaknya aliran-aliran yang bermunculan yang menyatakan sebagai ajaran Islam yang berpaham Ahlus Sunnah Wal Jamaah namun apa yang mereka lakukan pada hakikatnya jauh dan bahkan menyimpang dari ajaran ASWAJA itu sendiri. Oleh karena itu kita sebagai generasi Jam’iyah NU haruslah tetap menjaga dan melestarikan ajaran ASWAJA dan amaliyah Nahdliyin, Waspadalah terhadap golongan-golongan yang beredar sekarang ini.
Wallahu A’lamu bis Shawab
Salam : Belajar, Berjuang, bertaqwa
4
Website : www.ipnusumbersuko.blogspot.com
Telah berpulang ke rahmatullah, K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), mantan Presiden Republik Indonesia yang ke-4, pada hari Rabu, 30 Desember 2009 pada pukul 18.40 di RSCM.
Dengan segala jasa dan kontroversinya selama hidup, beliau adalah Guru Bangsa Indonesia yang patut kita ambil teladannya. Bangsa Indonesia merasa kehilangan sebesar-besarnya akan tokoh seperti Gus Dur ini.
Dengan tulisan ini, kami seluruh alumni, pengurus anggota PAC. IPNU Sumbersuko dan PR. IPNU Desa Kebonsari mengucapkan berduka atas wafatnya KH. Abdurrahman Wahid.
Selamat jalan Gus, terimakasih atas segala yang telah engkau persembahkan bagi bangsa Indonesia!