Pages

Minggu, 12 September 2010

PIMPINAN ANAK CABANG IKATAN PELAJAR NAHDLATUL ULAMA (PAC. IPNU ) KECAMATAN SUMBERSUKO

MENGUCAPKAN

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1431 H
JA'ALALLAAHU LANA WA IYYAKUM MINAL 'AIDIN WAL FAIZIN
KULLU 'AAMIN WA 'ANTUM BIKHOIR
MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN

Selasa, 29 Juni 2010

Minggu, 20 Juni 2010

Pendiri IPNU


Beliau adalah salah satu pendidiri IPNU

KH. TOLCHAH MANSUR
Lahir 10 September 1930 di Malang

Pendidikan : SR-NU di Malang (1937), melanjutkan ke SMP Islam. Melanjutkan ke Taman Madya dan Taman Dewasa Raya (tingkat SLTA) dan tamat tahun 1951. Melanjutkan ke fakultas hokum, ekonomi, sosial dan politik (F-HESP) Gajah Mada tamat pada tahun 1964. Meraih gelar doctor dari kampus yang sama pada 17 Desember 1969. Membiasakan ikut Pesantren Ramadhan di Tebuireng dan Pesantren Lasem, Rembang.

Pengabdian : Sejak muda sudah memiliki bakat kepemimpinan yang menonjol. Ketika masih di SMP, dia sudah dipercaya menjadi sekretaris umum Ikatan Murid Nahdlatul Ulama (IMNU) untuk wilayah kota Malang, anggota organisasi Putra Indonesia, dan juga anggota pengurus Himpunan Putra Islam Indonesia di Malang. Pada tahun yang sama juga menjabat sekretaris Barisan Sabilillah untuk daerah pertempuran Malang selatan, sekaligus menjadi sekretaris bagian penerangan Markas Oelama Djawa Timoer (MODT).
Kegemaran organisasinya begitu tinggi. Semasa kuliah di Yogya, sederet jabatan penting organisasi juga disandangnya. Pernah menjabat ketua departemen penerangan PB PII, ketua I HMI Yogya, wakil panitia kongres persatuan perhimpunan mahasiswa Indonesia.
Beliaulah salah satu pencetus berdirinya Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dalam konperensi Ma’arif NU di Semarang (1954). Tercatat dia sebagai pendiri IPNU, sekaligus ditunjuk sebagai ketuanya yang pertama. Posisi itu terus bertahan hingga tiga kali muktamar selanjutnya
Wafat 20 Oktober 1986/ 17 Shafar 1406 dalam usia 56 tahun, dimakamkan di Dusun Dongkelan, Taman Tirto, Bantul, tak jauh dari makam K.H. Munawir dan K.H. Ali Maksum Krapyak, Yogyakarta.

JASA ORANG TUA
Islam merupakan agama yang sempurna yang di bawa oleh Nabi Muhammad SAW untuk memberikan petunjuk kepada seluruh umat manusia dan untuk kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat. Dalam agama Islam di atur berbagai macam urusan dalam kehidupan manusia, mulai dari yang terkecil sampai yang terbesar, dari urusan dapur sampai urusan Gubernur (pemerintah), dari urursan rakyat, masyarakat, orang melarat, konglomerat sampai pejabat dan orang berpangkat. Tidak ketinggalan pula tentang menghargai sesama manusia dan menghormati orang tua.

Dalam tulisan ini akan kami menyajikan sedikit hal mengenai menghormati orang tua dan berbuat baik kepadanya. Islam bahkan semua agama di dunia ini mewajibkan umatnya untuk berbakti dan berbuat baik kepada kepada orang tua, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra’ ayat 23 tentang kedudukan orang tua dan berbuat baik kepadanya
       •  •                

“dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia”
Berdasarkan firman Allah SWT di atas menunjukkan betapa tinggi dan mulya derajat orang tua yang mempunyai posisi kedua setelah kita menyembah Allah SWT oleh karena itu Islam memposisikan orang tua sangat signifikan sekali dalam ajarannya
Semua mengetahui bahwa orang tualah yang telah melahirkan dan merawat kita mulai dari tidak mengetahui dan mengenal sesuatu sampai mengetahui dan mengenal apa yang ada di dunia ini. Beliau dengan susah payah, tidak mengenal waktu untuk merawat dan terus memperhatikan kita sejak kecil dengan penuh kesabaran, keuletan dan ketulusannya demi masa depan anak yang lebih baik. Sudahkah kita membalas budi atas kebaikan dan pengorbanan beliau yang begitu besar kepada kita ! seberapa besar balasan kita kepada beliau selama ini ! Mampukah kita menandingi pengorbanan beliau! Coba kita renungkan sekarang……..!!! berdasarkan hal diatas sangat tepat sekali apa yang telah di sabdakan oleh Nabi Muhammad SAW :

الجنة تحت اقدام الامهات
“ Surga itu di bawah telapak kaki para Ibu”
Marila kita manapak tilasi sejarah klasik pada zaman Nabi Muhammad SAW , ada seorang sahabat bernama Alqomah. Dia adalah Sahabat yang sangat rajin beribadah, Dia hampir selalu mengikuti Salat jamaah dengan Nabi Muhammad SAW, rajin puasa, zakat haji dan ibadah-ibadah lainnya serta mengikuti peperangan-peperangan melawan orang Kafir. Para Sahabat mengakui bahwa Alqomah adalah sahabat Nabi yang Shalih, taat kepada perintah Allah dan rasul-Nya.
Pada suatu hari Alqomah sakit parah yang tidak biasa terjadi pada orang-orang pada waktu itu, sepertinya sakit Alqomah hanya menunggu ajalnya saja. Suatu hari Rasulullah SAW menyuruh para Sahabat untuk menjenguknya yang kemudian memberikan bimbingan (Talqin) kepada Alqomah untuk mengucapkan kalimat Tauhid supaya dia kalau mati dalam keadaan kusnul khotimah, namun apa yang terjadi Alqomah tidak bisa mengucapkan satu katapun padahal alqomah adalah seorang sahabat Nabi yang taat beribadah, aneh sekali, Akhirnya para Sahabat kemabali dan menghadap kepada Rasulullah SAW dan menceritakan apa yang di alami oleh Alqomah. Kemudian Rasulullah SAW mendatanginya dan bertanya tentang Ibunya, akhirnya Rasulullah SAW menyuruh Sahabat memanggil dan menjemput Ibunya untuk menceritakan tentang kehidupan Alqomah, setelah itu Rasulullah SAW meminta ibunya untuk memaafkan Alqomah tetapi ibunya tidak mau sebab Alqomah anak yang telah menyakiti hati sang Ibu maka Rasulullah SAW menyuruh para Sahabat mengambil kayu bakar untuk membakar Alqomah. Dia lebih baik di bakar dunia dari pada di Akhirat yang panas apinya melebihi panas api di dunia. Melihat hal demikian, akhirnya Ibunya mau memaafkan Alqomah dan Alqomah meninggal dunia dalam keadaan membawa Islam dan Iman.
Dari cerita tersebut diatas kita bisa petik sebuah pelajaran bahwa meskipun orang itu rajin beribadahm melakukan amal shalih tetapi dia durhaka kepada orang tua maka hidup dia akan sengsara baik dunia lebih-lebih di akhirat kelak.sudahkahkah kita berbakti dan berbuat baik kepda kedua orang tua kita ???. Sebenarnya masih banyak cerita-cerita yang bisa dijadikan pelajaran untuk berbuat baik dan berbakti kepada orang tua.
Semoga kita termasuk golongan yang taat kepada perintah Allah dan menjadi anak yang taat kepada orang tua. Amiiiin !!!

Wallahu A’lamu bis Shawab
Salam : Belajar, Berjuang, bertaqwa

WABAH III

SELINTAS SEJARAH IPNU
Oleh : Ainun Yakin

I. Sejarah lahirnya IPNU
Berawal dari ide para putra Nahdlatul Ulama, yakni pelajar dan santri pondok pesantren untuk mendirikan suatu kelompok atau perkumpulan, maka bermunculanlah beragam organisasi berbasis kepelajaran, a.l :

1. Pada tahun 1939 lahir PERSANO (Persatoean Santri Nahdlatoel Oelama).
2. Pada tahun 1947 Lahir IMNU (Ikatan Murid Nahdlatul Ulama) di Malang.
3. Pada tahun 1950 berdiri IMNU (Ikatan Mubaligh Nahdlatul Ulama di Semarang.
4. Tsamaratul Mustafidin yang terbentuk pada tanggal 11 Oktober 1936 di Surabaya,
5. Persatuan Anak-anak Nahdlatul Oelama (PERSANO), Persatuan Anak Moerid
6. Nahdlatul Oelama (PAMNO) tahun 1941;
7. Ikatan Moerid Nahdlatul Oelama (IMNO) pada tahun 1945,
8. Ijtimauttholabah Nahdlatul Oelama (ITNO) pada tahun 1946,
9. Subbanul Muslimin yang berdiri di Madura, serta masih banyak lagi.

Gerakan-gerakan organisasi pelajar ini baru terlihat menggeliat pada tahun 50-an dengan berdirinya beberapa organisasi pelajar lain, seperti :
1. Ikatan Siswa Muballighin Nahdlatul Oelama (IKSIMNO) ada tahun 1952 di Semarang,
2. Persatuan Pelajar Nahdlatul Oelama (PERPENO) di Kediri,
3. Ikatan Pelajar Nahdlatul Oelama (IPNO) di Surakarta dan lain sebagainya
Namun organisasi-organisasi yang telah berdiri di atas masih berjuang sendiri-sendiri dan bersifat kedaerahan.
Bertitik tolak dari kenyataan tersebut, maka Almarhum Tholcha Mansyur (Malang), Sofyan Cholil (Jombang), H. Mustamal (Solo) bermusyawarah untuk mempersatukan organisasi-organisasi tersebut dalam satu wadah, satu nama dan satu faham dengan nama IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama) pada saat berlangsung kongres LP Ma’arif NU di Semarang pada tanggal 24 Februari 1954/ 20 Jumadil akhir 1373 Hijriyah.
Setahun setelah berdirinya IPNU, tepatnya pada muktamar IPNU di Semarang tanggal 2 Maret 1955, berdiri Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU). Sebagai wadah berhimpun pelajar putri NU, sebab IPNU hanya beranggotakan pelajar putra.
Pada kongres ke VI di Surabaya IPNU menjadi badan otonom NU (Nahdlatul Ulama). Sehingga IPNU Berhak mengatur rumah tangganya sendiri baik ke luar maupun ke dalam, tidak lagi tergantung kepada kebijakan LP Ma’arif.
Pada masa orde baru IPNU berubah nama menjadi Ikatan Putra Nahdlatul Ulama saat kongres ke X di Jombang disebabkan organisasi pelajar yang diakui pemerintah hanya OSIS sebagai organisasi intra sekolah dan Pramuka sebagai organisasi ekstra sekolah. Sehingga ladang garap IPNU tidak hanya pelajar dan santri saja, tetapi juga pemuda, remaja dan mahasiswa.

Namun dalam kongres ke-XIV tanggal 18 – 24 Juni 2003 di Surabaya IPNU sepakat untuk kembali ke habitatnya semula dengan berganti nama menjadi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dengan orientasi pelajar, santri dan mahasiswa.
Lahirnya Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dilatar belakangi oleh adanya kebutuhan wadah pengkaderan bagi generasi muda NU yang bersumber dari kalangan pesantren dan pendidikan umum, yang diharapkan dapat berkiprah di berbagai bidang, baik politik (kebangsaan), birokrasi, maupun bidang-bidang profesi lainnya. Pada awalnya embrio organisasi ini adalah berbagai organisasi atau asosiasi pelajar dan santri NU yang masih bersifat lokal dan parsial.

II. Tujuan Organisasi
Terbentuknya pelajar bangsa yang bertaqwa kepada Allah swt., berilmu, berakhlaq mulia, dan berwawasan kebangsaan serta bertanggung jawab atas tegaknya syariat Islam menurut faham Ahlussunnah wal Jama’ah yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Di bidang pendidikan IPNU mempunyai tujuan:
• Untuk memelihara rasa persatuan dan kekeluargaan di antara pelajar umum, santri dan mahasiswa.
• Membina dan meningkatkan pendidikan dan kebudayaan Islam.
• Meningkatkan harkat masyarakat Indonesia yang berasusila dan mengabdi kepada agama, bangsa dan negara.


III. Citra Diri Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama
Citra diri IPNU & IPPNU dilandasi oleh pokok-pokok pikiran bahwa manusia bertanggung jawab melaksanakan misi khalifah, yaitu memelihara, mengatur, dan memakmurkan bumi.

Makna dan fungsi manusia sebagai khalifah memiliki dua dimensi, yaitu dimensi sosial (horizontal) dan dimensi ilahiah (vertikal)
• •Sosial bermakna mengenal alam, memikirkannya, dan memanfaatkan alam demi kebaikan dan ketinggian derajat manusia sendiri.
• Ilahiah yaitu mempertanggungjawabkan segala perbuatannya di hadapan Allah SWT.
Secara sosiologis manusia merupakan suatu komunitas yang memiliki nila-nilai kemanusiaan (moral, nilai sosial dan nilai keilmuan)

IV. Kondisi IPNU Sebelum Khitthah NU
IPNU telah melangkah menuju kemajuan dan kiprahnya telah diakui masyarakat. Namun pada perkembangannya tidak dapat mencapai puncak programnya, karena NU sebagai organisasi induknya pada saat itu masih terbawa arus politik sehingga ummat tidak menjadi perhatian utama.

V. Kondisi IPNU Pasca Khitthah NU
Perkembangan pasca khittah NU dan Kongres Jombang sangat menggembirakan karena khittah mampu mencipatkan iklim yang kondusif bagi pengembangan organisasi.
Namun IPNU menyadari bahwa sumbangannya sendiri dan masyarakat luas belum banyak. Dan generasi muda sebagai tenaga potensial pembangunan nasional membutuhkan pembinaan, maka IPNU memandang mendesak adanya konsep Citra Diri IPNU dalam rangka meningkatkan keperansertaannya dalam pembangunan bangsa.


IX. Alumni IPNU yang Menjadi “Orang Besar”
IPNU sebagai salah satu organisasi pelajar yang berskala nasional telah menumbuhkan berbagai tokoh-tokoh yang mempunyai peran penting dalam kemajuan Bangsa Indonesia, khususnya ummat Islam. Tokoh-tokoh tersebut antara lain :

1. Bapak KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur)
Mantan ketua IPNU Komisariat PP Tambakberas Jombang
Mantan Presiden RI
Ketua Dewan Syuro PKB
2. Bapak Prof. Dr. KH. M. Tolhah Hasan (Singosari)
Duduk sebagai Ketua cabang IPNU Malang ketika masih di bangku SLTP
Mantan Menteri Agama (Kabinet Indonesia Bersatu-Era Gus Dur)
Pernah menghadap Bupati Malang dengan hanya memakai celana pendek (seragam SLTP pada waktu itu)
3. Bapak Dr. KH. A. Hasyim Muzadi (Malang)
Mantan Ketua Cabang Tuban
Ketua Pengurus Besar NU sekarang di Jakarta
Sekjen ICIS (International Conference of Islamic Scholars - Forum silaturahmi ulama & cendekiawan Islam sedunia)
4. Bapak Hamzah Haz
Mantan ketua Pengurus Cabang NU Kutai
Mantan Wakil Presiden RI
Ketua Umum DPP PPP
Dan masih banyak lagi tokoh-tokoh lainnya.

I. Khatimah
Dengan berbagai pemaparan di atas, diharapkan kita sebagai kader IPNU dapat memahami dan meneladani perjuangan pendahulu IPNU demi mewujudkan kejayaan ummat Islam, khususnya warga Nahdliyin untuk mencapai satu tujuan meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT sebagaimana motto IPNU “belajar, berjuang, dan bertaqwa”.

Cita-cita Kita:
“Terwujudnya pelajar-pelajar yang bertaqwa kepada Allah SWT,berilmu, inovatif, dan kreatif serta berguna dengan berdasarkan syariat Islam

WABAH II

NAPAK TILAS LAHIRNYA NAHDLATUL ULAMA’ (NU)
Oleh: Bang Jay*


Pendirian Nahdlatul Ulama’ (NU) muncul berlatar belakang adanya suasana yang kurang menyenangkan bagi perkembangan paham Islam. Ketika kerajaan usmaniah runtuh pada tahun 1924 dan munculnya kerajaan arab saudi di kota Mekkah yang mengembangkan paham wahabi. Paham wahabi ini menggusur paham Ahlusssunnah wal Jama’ah dan paham lainnya.


Suatu waktu Raja Ibnu Saud hendak menerapkan asas tunggal yakni madzhab Wahabi di kota Mekkah, kalangan pesantren yang selama ini membela keberagaman, menolakpembatasan bermadzhab dan penghancuran warisan peradaban tersebut. Dengan sikapnya yang berbeda itu kalangan pesantren dikeluarkan dari konggres Al-Islam di Jogjakarta pada tahun 1925. akibatnya kalangam pesantren juga tidak dilibatkan sebagai delegasi dalam muktamar ’Alam Islami (Kongres Islam Internasional di Mekkah yang akan mengesahkan keputusan tersebut. Sumber lain menyebutkan KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Wahab Hasbullah serta sesepuh NU lainnya hanya melakukan walk out (keluar dari arena/ruang sidang).
Didorong oleh minatnya yang gigih untuk menciptakan kebebasan bermadzhab serta peduli terhadap pelestarian warisan budaya dan peradaban, maka kalangan pesantren terpaksa membuat delegasi (utusan) sendiri yang dinamakan Komite Hejaz, yang diketuai oleh KH. Wahab Hasbullah.
Atas desakan kalangan pesantren yang terhimpun dalam Komite Hejaz, dan tantangan dari segala penjuru umat Islam di dunia, maka Raja Ibnu Saud mengurungkan niatnya. Hasilnya, hingga saat ini di mekkah bebas dilaksanakan ibadah sesuai dengan madzhab mereka masing-masing. Itulah peran Internasional kalangan pesantren pertama, yang berhasil memperjuangkan kebebasan bermadzhab dan berhasil menyelamatkan peninggalan sejarah dan peradaban yang sangat berharga.
Berangkat dari Komite Hejaz tersebut dan setelah berkoordinasi dengan berbagai kyai, akhirnya muncul kesepakatan untuk membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama’ (NU) pada tanggal 16 Rajab 1344 H (31 januari 1926 M) yang dipimpin langsung oleh Hadratus Syeh KH. Hasyim Asy’ari sebagai Rois Akbar (Ketua Umum).
Untuk menegaskan prinsip dasar organisasi ini, maka KH. Hasyim asy’ari merumuskan kitab Qonun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab I’tiqad Ahlussunnah Waljama’ah. Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan (diterbitkan/dicetak ulang) dalam Khitah NU, yang dijadikan sebagai dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.
Pendirian NU pada mulanya berkantor di Surabay dengan jajaran pengurus dari kalangan keluarga pondok pesantren dan para santri. Bidang garapan NU adalah masyarakat pedesaan karena banyak orang desa yang membutuhkan perlindungan. Dengan cara santun membina masyarakat lewat tahlil dan pengajian, akhirnya NU yang baru berdiri ini dapat diterima oleh masyarakat. Disamping itu di perkotaan menjadi bidang garapan Muhammadiyah yang didirikan dan dipimpin oleh KH. Ahmad Dahlan dengan berpusat di kota jogjakarta. Wallahu A’lam bishshowab (to be continoed.../bersambung gitu lho...)

Bonnusss......
Kegilaan Presiden Keempat
Salah satu ciri kedewasaan seseorang konon adalah kemampuannya mengejek diri sendiri (apa pernah sampeyan melihat ada anak kecil yang mengejek diri sendiri?). Dan Gus Dur termasuk yang paling gemar dan sering melakukannya. Pada acara talk show (dialog) dengan Jaya Suprana (Pendiri Museum Rekor Indonesia/MURI) di TPI itu misalnya, dia ditanya, ”Apakah Gus Dur ini adalah presiden yang paling kocak di dunia? Ada enggak presiden lain yang lebih lucu?”
”Wah, soal itu saya enggak tahu. Yang jelas, saya ini nyasar. Mustinya jadi pelawak kok malah jadi presiden.” (Menurut Menteri Luar Negeri Alwi Shihab, kadang-kadang Gus Dur lupa bahwa dia presiden).
Lalu dia mengemukakan perbedaan dirinya dengan para presiden RI sebelumnya. Ini sebenarnya kelanjutan dari joke (guyonan) yang beredar di masyarakat semasa pemerintahan Presiden Habibie. Kata Gus Dur, presiden pertama (Bung Karno) kita itu disebut gila wanita. Presiden kedua (Pak Harto), gila harta. Presiden ketiga (Pak Habibie), gila teknologi. ”Dan presiden RI keempat (Gus Dur), yang milih yang gila....”
(Hamid B. & Fajar W: Ger-geran bersama Gus Dur, Pebruari 2010)

ZIARAH
Mungkinkah Gus Dur benar-benar percaya pada isyarat dari makam-makam leluhur? Kelihatannya dia memang percaya, sebab Gus Dur selalu siap dengan gigih dan sungguh-sungguh membela ”ideologi”(dasar pemikiran)nya itu. Padahal hal tersebut sering membuat repot para koleganya.
Tapi, ini mungkin jawaban yang benar, ketika ditanya kenapa Gus Dur sering berziarah ke makam para ulama dan leluhur.
”Saya datang ke makam, karena saya tahu mereka yang mati itu sudah tidak punya kepentingan lagi.” katanya.
(Sumber Okezone, Abu Rayyan Kinza: Humor Nyentrik Ala Gus Dur, Januari 2010)

Kiai ber HP tapi malas SMS
G
us Dur pernah melemparkan guyonan-guyonan mengenai kyai NU yang sudah modern. Komunitas (perkumpulan) mereka bukan tradisional lagi karena beberapa Kyai sudah membeli dan menggunakan HP (hand phone) untuk berkomunikasi.
Gus Dur bercerita:
“Nah, ada seorang Kyai yang kalau di SMS, tidak pernah dibales dengan SMS, tetapi balesnya langsung menelpon. Kemudian ada seorang santri yang mengingatkan kyai tersebut, “Pak Kyai, kalau panjenengan di-SMS, bales saja pakai SMS, nggak perlu nelpon”. Lalu Pak Kyai itu menjawab: ”Ah, saya malu kalau SMS, karena tulisan saya jelek”.
(M. Wahab Hs: Ngakak Bareng Gus Dur, Januari 2010)

BANSER Salah OMONG
P
ada akhir April 2000, Gus Dur sempat ke kota Malang, dan mendarat di bandara Abdurrahman Saleh. Waktu itu Gus Dur bersama antara lain Almarhum Jaksa Agung Sukartono Marmosujono. Sebagaimana lazim(pantas)nya untuk rombongan orang penting, mereka pun disambut oleh pasukan Banser (Barisan Anshor Serbaguna ) NU.
Ketika rombongan sudah berangkat ke Selorejo, sekitar 60 KM dari bandara, petugas Banser melapor pada poskonya melalui HT (Handy Talky).
“Halo, halo, rojer,” kata Mas Banser.
“Lapor: Presiden Abdurrahman Saleh sudah mendarat di Airport (bandara) Abdurrahman Wahid”
Yahh, kebalik...
(M. Wahab Hs: Ngakak Bareng Gus Dur, Januari 2010)
Gila NU
Saat menggambarkan fanatisme (sikap senang banget) orang NU, bagi Gus Dur, ada tiga tipe orang NU.
”Kalau mereka datang dari pukul tujuh pagi hinggga jam sembilan malam, dan menceritakan tentang NU, itu biasanya orang NU yang memang punya komitmen (dasar) dan fanatik terhadap NU,” jelasnya tentang jenis yang pertama.
Jenis yang kedua adalah mereka yang meski sudah larut malam, sekitar jam dua belas sampai jam satu malam, namun masih mengetuk pintu Gus Dur untuk membicarakan NU, ”Itu namanya orang gila NU.”
”Tapi kalau ada orang NU yang masih juga mengetuk pintu rumah saya jam dua dini hari hingga jam enam pagi, itu namanya orang NU yang gila.” kata Gus Dur sambil terkekeh saat itu.
(Abu Rayyan Kinza: Humor Nyentrik Ala Gus Dur, Januari 2010)

WABAH I

Mulai edisi kali ini kami akan mencoba menghadirkan materi2 seputar Aswaja, NU, dan ke-IPNU-an. Adapun tulisan-tulisan ini kami ambil dari materi rutinan yang ditujukan bagi anggota Ranting Kebonsari yang disampaikan oleh rekan2 dari PAC.IPNU Sumbersuko dengan Judul WABAH (Wawasan Bagi Hati) PELAJAR NU.

Selamat menikmati.

MENGENAL AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH

Kata Ahlus Sunnah Wal Jama’ah terdiri dari tiga kata yaitu Ahlun (golongan), Assunnah (segala sesuatu yang berasala dari Rasulullah), dan Al-Jama’ah (golongan mayoritas umat Islam), jadi Ahluss Sunnah Wal Jama’ah adalah ajaran (wahyu Allah SWT) yang disampaikan nabi Muhammad SAW kepada para Sahabat-Nya dan beliau amalkan serta diamalkan para Sahabat. Hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani, Imam Tirmidzi, Ibn Hajar Al-Asqalani dan yang lainnya. Yang artinya “Kaum Yahudi terpecah menjadi 71 golongan, kaum Nasrani 72 golongan dan umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, yang selamat hanhay satu sedang yang lain akan binasa. Sahabat bertanya : siapa yang selamat ? Rasulullah bersabda : Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, Sahabat bertanya lagi : apa Ahlus Sunnah Wal Jama’ah itu ? Rasululllah menjawab : مَا اَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِيي (Apa yang aku berada diatasnya (dilakukan Nabi) dan para Sahabatku).”

1

Edisi II, Mei 2010

Pernyataan Rasulullah SAW ini tentu tidak sekedar kita maknai secara tekstual, tetapi karena hal tersebut berkaitan dengan pemahaman tentang ajaran Islam maka Ahlus Sunnah Wal Jama’ah lebih kita artikan sebagai metode atau cara memahami nash dan bagaimana mentafsirkannya.

Rasulullah merupakan Nabi dan Rasul terakhir yang mendapat wahyu untuk umat manusia dan mendapat mu’jizat yang terbesar yaitu Al-Qur’an yang menjadi pedoman dan kitab suci bagi umat Islam. Segala permasalahan yang timbul pada zaman Rasulullah masih hidup dapat ditanyakan dan diselesaikan oleh Rasulullah SAW langsung karena beliau merupakan utusan Allah yang diberi keistimewaan dan merupakan sumber hukum setelah Al-Qur’an.

Namun setelah Rasulullah SAW wafat penyelesaian masalah sebagaimana semasa hidup Rasulullah SAW tidak ditemukan lagi, perselisihan dan perbedaan pendapat mulai timbul pada zaman KhuIlafaurrasyidin terutama pada akhir pemerintahan Usman bin Affan karena umat Islam terutama pendukung Ali bin Abi Thalib termakan rayuan dan fitnah dari Abdullah bin Saba’ seorang pendeta Yahudi asal Yaman yang mengaku masuk Islam dan berhasil mempengaruhi pendukung Ali bin Abi Thalib melahirkan golongan Syi’ah.

2

Terjadinya perpecahan umat Islam di awali dengan terjadinya perang Shiffin pada tahun 37 H antara pihak Ali bin Abi Thalib dengan Mu’awiyah bin Abi Sofyan yang masih saudara dari Usman bin Affan, yang diakhiri dengan peristiwa majlis Tahkim. Dengan adanya peristiwa ini muncul golongan Khawarij yang menyatakan keluar dari pihak Ali bin Abi Thalib dan Mu’awiyah bin Abi Sofyan dan menyatakan bahwa orang yang menerima peristiwa tahkim dihukumi kafir.

Selanjutnya, muncul golongan murji’ah yang dipimpin oleh Hasan bin Hilal Al-Muzni yang berfatwa “bahwa perbuatan maksiat tidak mengandung bahaya apabila sudah beriman”. Adalagi golongan Jabbariyah yang dipelopori oleh Jahm bin Sofyan yang menyatakan “bahwa manusia tidak mempunyai kekuatan untuk berbuat sesuatu, semua usaha manusia pada hakikatnya bukan kemampuan manusia tetapi merupakan perbuatan Tuhan”, dan golongan Qodariyah yang mengatakan bahwa perbuatan manusia itu diciptakan oleh dirinya sendiri tanpa harus ada campur tangan dari Tuhan.

Kemudian Pada awal abad II H gerakan Qodariyah dilanjutkan oleh golongan Mu’tazilah yang dipimpin oleh Washil bin Atho’ yang menempatkan akal di atas segala-galanya melebihi Al-Qur’an dan Al-Hadis bahkan mereka menolak ayat-ayat atau hadis-hadis yang tidak masuk akal, mereka tidak mempercayai peristiwa Isra’ Mi’raj, siksa kubur karena dianggap tidak masuk akal.

Munculnya golongan-golongan di atas timbul awalnya dari masalah Imamah (pengganti Nabi sebagai pepimpin) yang kemudian tumbuh dan berkembang ke dalam masalah aqidah. Dari situ, kemudian merambah ke dalam wilayah agama. Terutama seputar hukum seorang muslim yang berbuat dosa besar dan bagaimana statusnya ketika ia mati, apakah tetap mukmin atau sudah kafir.

3

Pembicaraan tentang aqidah masa berikutnya meluas kepada persoalan-persoalan Tuhan dan manusia. Terutama terkait perbuatan manusia dan kekuasaan Tuhan. Demikian juga tentang sifat Tuhan, keadilan Tuhan, melihat Tuhan, kehudutsan dan keqadiman sifat-sifat Tuhan dan kemakhlukan Al-Qur’an. Dalam mempertahankan pendapat tentang persoalan tersebut terjadi perbedaan yang sangat tajam dan saling bertentangan.

Dari peristiwa diatas, maka ajaran Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang pada hakikatnya adalah ajaran Islam yang dipraktekkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya dirumuskan kembali (direkontruksi) dan disistematikan oleh Imam Abu Hasan Al-Asy’ari (lahir di Basrah, 260 H/873 M, wafat di Baghdad, 423 H/935 M) dan Imam Abu Manshur al-Maturidi (lahir di Maturid-Samarkand, wafat 333 H/) sebagi upaya untuk mengkompromikan dari perbedaan-perbedaan pendapat dari golongan di atas dan mengmbalikan ajaran Islam sesuai dengan yang dipraktikan dan diajarkan nabi Muhammad SAW.

Jadi, apa yang telah di sabdakan oleh Rasulullah SAW dalam hadis diatas itu benar-benar terjadi di zaman sekarang ini, banyaknya aliran-aliran yang bermunculan yang menyatakan sebagai ajaran Islam yang berpaham Ahlus Sunnah Wal Jamaah namun apa yang mereka lakukan pada hakikatnya jauh dan bahkan menyimpang dari ajaran ASWAJA itu sendiri. Oleh karena itu kita sebagai generasi Jam’iyah NU haruslah tetap menjaga dan melestarikan ajaran ASWAJA dan amaliyah Nahdliyin, Waspadalah terhadap golongan-golongan yang beredar sekarang ini.

Wallahu A’lamu bis Shawab

Salam : Belajar, Berjuang, bertaqwa

4

Website : www.ipnusumbersuko.blogspot.com

Rabu, 13 Januari 2010

PELANTIKAN PC. IPNU-IPPNU KAB. LUMAJANG

Bertempat di Aula Gedung NU Lumajang, telah dilangsungkan pelantikan, seminar dan raker PC. IPNU-IPPNU Kab. Lumajang.















Minggu, 03 Januari 2010

Innalillahi wa inna ilaihi roji’un..

Telah berpulang ke rahmatullah, K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), mantan Presiden Republik Indonesia yang ke-4, pada hari Rabu, 30 Desember 2009 pada pukul 18.40 di RSCM.

Gus Dur

Gus Dur (wikipedia)

Dengan segala jasa dan kontroversinya selama hidup, beliau adalah Guru Bangsa Indonesia yang patut kita ambil teladannya. Bangsa Indonesia merasa kehilangan sebesar-besarnya akan tokoh seperti Gus Dur ini.

Dengan tulisan ini, kami seluruh alumni, pengurus anggota PAC. IPNU Sumbersuko dan PR. IPNU Desa Kebonsari mengucapkan berduka atas wafatnya KH. Abdurrahman Wahid.

Selamat jalan Gus, terimakasih atas segala yang telah engkau persembahkan bagi bangsa Indonesia!