Pages

Senin, 07 November 2011

Haji Wada'

Ditulis Oleh: Munzir Almusawa Monday, 31 October 2011
Pesan Rasul SAW Pada Haji Wada
Senin, 24 Oktober 2011


أَقْبَلَ رَجُلٌ، غَائِرُ الْعَيْنَيْنِ، مُشْرِفُ الْوَجْنَتَيْنِ، نَاتِئُ الْجَبِينِ، كَثُّ اللِّحْيَةِ، مَحْلُوقٌ، فَقَالَ، اتَّقِ اللَّهَ يَا مُحَمَّدُ، فَقَالَ رسنول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : منْ يُطِعْ اللَّهَ إِذَا عَصَيْتُ؟، أَيَأْمَنُنِي اللَّهُ، عَلَى أَهْلِ الْأَرْضِ، فَلَا تَأْمَنُونِي؟، فَسَأَلَهُ رَجُلٌ قَتْلَهُ، أَحْسِبُهُ خَالِدَ بْنَ الْوَلِيدِ، فَمَنَعَهُ، فَلَمَّا وَلَّى، قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إِنَّ مِنْ ضِئْضِئِ هَذَا، أَوْ فِي عَقِبِ هَذَا، قَوْمًا يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ، لَا يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ، يَمْرُقُونَ مِنْ الدِّينِ، مُرُوقَ السَّهْمِ مِنْ الرَّمِيَّةِ، يَقْتُلُونَ أَهْلَ الْإِسْلَامِ، وَيَدَعُونَ أَهْلَ الْأَوْثَانِ، لَئِنْ أَنَا أَدْرَكْتُهُمْ، لَأَقْتُلَنَّهُمْ قَتْلَ عَادٍ.

(صحيح البخاري)

Berkata Abu sa’id Al Khudriy ra saat Nabi saw sedang membagi bagi harta pada beberapa orang, maka datanglah seorang lelaki, matanya membelalak, kedua pelipisnya tebal cembung kedepan, dahinya besar, janggutnya sangat tebal, rambutnya gundul, sarungnya pendek, berkata: Bertakwalah pada Allah wahai Muhammad…!, Sabda Rasulullah SAW: “Siapa yang taat pada Allah kalau aku bermaksiat??, apakah Allah mempercayaiku untuk mengamankan penduduk bumi dan kalian tidak mempercayaiku??” dan berkata Khalid bin Walid ra: Wahai Rasulullah, kutebas lehernya..!, Rasul SAW melarangnya, lalu beliau SAW melirik orang itu yang sudah membelakangi Nabi saw, dan Rasul saw bersabda: “Sungguh akan keluar dari keturunan lelaki ini suatu kaum yang membaca Alqur’an namun tidak melewati tenggorokannya (tidak kehatinya), mereka semakin jauh dari agama seperti menjauhnya panah dari busurnya, mereka memerangi orang islam dan membiarkan penyembah berhala”, jika kutemui kaum itu akan kuperangi seperti diperanginya kaum ‘Aad” (Shahih Bukhari)

عَنْ جَرِيرٍ:أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَهُ : فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ، اسْتَنْصِتْ النَّاسَ، فَقَالَ: لَا تَرْجِعُوا بَعْدِي، كُفَّارً،ا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ، رِقَابَ بَعْضٍ.

(صحيح البخاري)

Dari Jarir ra: “Sungguh Nabi SAW bersabda padanya, pada Haji Wada’ (Haji perpisahan/haji Nabi saw yang terakhir). Simaklah dengan baik wahai orang-orang, lalu beliau bersabda: “Jangan kalian kembali kepada kekufuran setelah aku wafat, saling bunuh dan memerangi satu sama lain” (Shahih Bukhari)

Image

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha menerangi permukaan bumi dan langit dengan cahaya-Nya, dan Maha menerangi jiwa hamba-hamba Nya dimana ketika jiwa seseorang telah diterangi oleh cahaya Allah, maka akan berpijarlah seluruh keluhuran disekitarnya, pada keluarganya, pada tetangganya, pada segala sesuatu yang ia ucapkan, ia dengarkan dan yang ia lewati. Cahaya keberkahan Ilahi berpijar pada segala sesuatu, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala dalam hadits qudsi :

وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ

”Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan terus menerus hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan yang sunnah hingga Aku mencintai dia. Jika Aku sudah mencintainya, maka Akulah pendengarannya yang dia mendengar dengannya, dan pandangannya yang dia memandang dengannya, dan tangannya yang dia menyentuh dengannya, dan kakinya yang dia berjalan dengannya. Jikalau dia meminta kepada-Ku niscaya pasti akan Kuberi, dan jika dia meminta perlindungan kepada-Ku niscaya pasti akan Kulindungi.”

Maka ketika seorang hamba melewati tuntunan Ilahi baik amalan yang wajib atau yang sunnah semampunya sampai Allah mencintainya, karena jika Allah mencintainya maka cahaya Allah subhanahu wata’ala berpijar dari penglihatannya, pendengarannya, dan sanubarinya, cahaya Allah berpijar dari doa-doa dan munajatnya, ketika jiwanya bergetar maka bergetar seluruh alam semesta dengan getaran jiwanya .

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Di tahun yang lalu kita mengetahui bagaimana banyak gunung-gunung di hampir seluruh permukaan pulau Jawa yang akan meletus, sehingga dinaikkan statusnya menjadi status awas, status siaga 2 atau siaga 1, hampir semua gunung-gunung merapi itu mendadak ingin meletus, namun setelah masuk bulan Rabi’ul Awal dan mulailah seluruh pulau Jawa bergemuruh dengan bacaan dzikir dan maulid nabi sehingga mulai reda dan tidak satu gunung pun yang meletus, dikarenakan kewibawaan Allah yang Allah munculkan dengan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, padahal beliau telah wafat 14 abad yang silam, namun pijaran cahaya Ilahi tetap berpijar pada para pewarisnya, tetap berpijar pada jiwa para pecintanya, pada jiwa para pembelanya, dan tidak ada orang-orang yang dicintai oleh Allah subhanahu wata’ala selain para pengikut sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, para pecinta sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Allah subhanahu wata’ala telah menyampaikan kepada sang nabi secara tegas dan lugas, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menasihati ummatnya setelah beliau wafat untuk tidak saling hantam satu sama lain, tidak saling menyakiti satu sama lain, tidak saling membunuh antar sesama. Beberapa waktu yang lalu di wilayah ini belum pernah terjadi tawuran, namun sejak tahun 1998 mulai terjadi tawuran maka hal ini merupakan peme rosotan sosial yang sangat memalukan, dan semoga tidak akan pernah terjadi lagi. Saya menghimbau kepada para pemuda Pancasila, dari Forum Betawi Rembuk, dari FORKABI dan seluruh organisasi-organisasi Islam untuk sama-sama bersatu dalam satu kesatuan “Laa ilaaha illallaah Muhammadun Rasulullah”. Ketahuilah bahwa perkelahian hanya akan menyebabkan kesusahan dan akan memunculkan banyak korban, akan timbul balas dendam, dan hal ini merupakan taktik lama yaitu adu domba dibuat oleh musuh-musuh Islam, namun tetap saja muslimin terkecoh atau terpancing olehnya. Maka janganlah kita tersu terkecoh olehnya, kita sesame muslimin bersatu dalam kalimat “Laa ilaaha illallah Muhammadun Rasulullah”, ikatan pertama yang tidak bisa terputus di dunia dan di akhirat, dan ikatan yang kedua adalah ikatan saudara sebangsa meskipun mungkin berbeda agama. Satu contoh misalnya seseorang pergi ke luar negeri, negara yang tidak menggunakan bahasa Indonesia, kemudian orang tersebut kehilangan sesuatu atau mungkin tersesat di jalan, maka ia akan kebingungan karena orang disana tidak ada yang bisa berbahasa Indonesia dan ia tidak bisa berbahasa bahasa di negara tersebut, tiba-tiba di saat seperti itu ia bertemu dengan orang Indonesia maka bagaimana rasa gembiranya orang tersebut, maka tanpa memandang apakah orang itu seagama dengannya apa tidak, maka ia akan sangat gembira karena merasa telah bertemu dengan saudaranya, itulah saudara sebangsa yang terkadang di dalam negeri tidak merasakan persaudaraan tersebut. Dan ikatan persaudaraan yang lain adalah bahwa seluruh manusia di barat dan timur berasal dari Adam dan Hawa. Ketiga ikatan besar ini, yang dua akan terputus di dunia dan satu ikatan akan abadi di akhirat yaitu ikatan iman dan islam . Namun yang sangat menyayangkan dan menyedihkan saat ini justru ikatan iman yang banyak terputus dan berantakan .

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberikan kepada kita peringatan bagaimana seharusnya kita menjaga ikatan tali silaturrahmi dan balasan yang dahsyat jika memutuskan hubungan tali silaturrahmi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda riwayat Shahih Al Bukhari dalam kitab Adabul Mufrad bahwa tidak ada balasan yang lebih cepat datang kepada seseorang yang berbuat dosa, melebihi balasan untuk orang yang memutuskan tali silaturrahmi. Orang yang memutuskan tali silaturrahmi akan cepat mendapatkan balasannya baik di dunia atau di akhirat, dan terlebih lagi jika yang terputus adalah hubungan kita dengan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, atau mungkin dengan mencaci orang yang bershalawat kepada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Dalam sebuah hadits diceritakan bahwa suatu ketika Rasulullah membagikan emas kepada beberapa orang Najd, maka gemuruhlah orang Quraisy dan Anshar karena emas tersebut hanya diberikan kepada mereka, maka seseorang datang dan berkata kepada kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam : “Wahai Muhammad, bertaqwalah engkau kepada Allah”, kemudian mendengar hal tersebut berkatalah sayyidina Khalid bin Walid : “Wahai Rasulullah izinkan aku untuk membunuh orang ini”, namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarangnya, ketika orang tersebut pergi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “Akan muncul dari keturunan orang tersebut suatu kelompok yang membaca Al qur’an namun tidak melewati tenggorokannya, mereka keluar dari Islam sebagaimana melesetnya anak panah dari sasarannya, mereka membunuh orang Islam dan membiarkan hidup para penyembah berhala, dan jika aku sempat mendapati mereka maka akan kubunuh mereka sebagaimana pembunuhan terhadap kaum ‘Ad”. Dan zaman sekarang banyak yang membaca Al qur’an dengan suara yang indah dan bagus namun tidak sampai ke tenggorokan, maksudnya adalah hati mereka masih penuh dengan kedengkian terhadap orang lain, mereka adalah orang-orang yang memerangi orang-orang muslim dan membiarkan orang-orang yang menyembah berhala. Banyak di zaman sekarang orang-orang yang membid’ahkan shalawat, mengatakan orang yang ziarah kubur telah melakukan kesyirikan, padahal mereka adalah saudara sesama muslim yang mengakui “Laa ilaaha illallah Muhammadun Rasuulullah”, namun mereka tidak memerangi orang- orang yang menyembah berhala. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “Jika aku mendapati mereka maka akan kubunuh mereka sebagaimana pembunuhan terhadap kaum ‘Ad”. Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani di dalam Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari menjelaskan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak memerintah untuk memerangi kelompok tersebut, dari hadits tersebut dapat difahami bahwa hanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang berhak memerangi mereka, adapaun tugas kita tidak memerangi akan tetapi membenahi saja, jangan sampai ajaran tersebut semakin meluas dan tersebar, maka waspadalah terhadap keluarga, anak-anak, saudara, teman dan para tetangga agar tidak terjebak ke dalam ajaran-ajaran kelompok tersebut yang mana ajaran itu akan mengakibatkan tercemarnya nama baik Islam.

Dalam Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari dikatakan oleh sayyidina Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada para sahabat : “Maukah kuberitahukan kepada dosa-dosa yang paling besar?”, maka para sahabat berakata : “tentu wahai Rasulullah”,kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata :

الإِشْرَاكُ بالله وَعُقُوْقُ اْلوَالِدَيْنِ وَقَوْلُ الزُّوْرِ ( رواه البخاري)

“ Syirik kepada Allah, durhaka kepada kedua orang tua, dan perkataan dusta”. (Shahih Al Bukhari)

Ketiga perbuatan tersebut merupakan dosa yang paling besar, dan ketika Rasulullah mengucapkan kalimat قول الزور ( ucapan/ persaksian yang dusta), beliau mengulang-ulang ucapan itu, yang mana ucapan tersebut bisa berupa fitnah, adu domba, dan lainnya sehingga dengan ucapan itu membuat orang yang baik menjadi hina atau sebaliknya. Dan hal itu merupakan dosa yang paling besar diantara perbuatan dosa yang lainnya. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga telah menyampaikan kepada kita akan keutamaan dan pahala dari berbuat baik kepada kedua orang tua. Salah seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam : “Wahai Rasulullah, ibuku telah wafat dan jika aku mengirimkan pahala untuknya apakah pahala itu akan sampai kepadanya?”,maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “iya betul”, oleh sebab itu berbaktilah kepada kedua orang tua karena berbakti kepada keduanya adalah hal yang lebih mulia daripada jihad, sebagaimana ketika salah seorang pemuda berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :“Wahai Rasulullah, akun ingin berhijrah”, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?”, pemuda itu berkata : “iya, mereka masih hidup”,maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “Pulanglah dan berbaktilah kepada kedua orang tuamu karena berbakti kepada mereka lebih utama daripada jihad”. Maka jika ada orang yang belum berbakti kepada kedua orang tuanya maka tidak sebaiknya tidak membicarakan jihad fisabilillah namun berjihadlah terlebih dahulu terhadap nafsunya dan berbaktilah kepada kedua orang tunya. Dan salah satu keberkahan besar bahwa orang yang berkhidmah kepada ibunya akan selalu dilimpahi kemakmuran oleh Allah, sebagaimana yang telah dilakukan oleh para sahabat seperti sayyidina Anas bin Malik RA, Abu Hurairah RA, dan yang lainnya yang telah dilimpahi keberkahan dan kemakmuran oleh Allah subhanahu wata’ala karena berbakti kepada ibunya. Oleh karena itu jika kalian masih mempunyai ayah ibu maka berbaktilah kepada mereka karena hal itu adalah jihad yang termulia, dan jika mereka memiliki akhlaq yang tidak baik maka nasihatilah dengan lemah lembut namun jika tidak berubah maka hal itu adalah hubungan antara mereka dengan Allah subhanahu wata’ala, dan sebagai seorang anak harus selalu berbuat baik dan berbakti kepada mereka. Dan jika ibunda kalian telah wafat maka kirimilah ia dengan amalan-amalan baik seperti shadaqah dan lainnya.

Selanjutnya kita berdoa dan bermunajat kepada Allah subhanahu wata’ala semoga Allah subhanahu wata’ala melimpahkan rahmat dan keberkahan kepada kita, mengampuni segala dosa dan kesalahan kita yang telah lalu dan menyiapkan pengampunan atas dosa dan kesalahan yang akan datang, semoga Allah mengabulkan seluruh hajat kita, dan mengangkat seluruh musibah kita, dan mempermudah segala urusan kita. Wahai Rabbi, kami memohon dengan nama-Mu Yang Maha Agung, kami tenggelamkan segala musibah dalam keagungan nama-Mu, kami bentengi diri kami dari seluruh musibah dengan kewibawaan nama-Mu, kami bentengi seluruh masalah dan segala kesedihan kami dengan kewibawaan nama-Mu Ya Allah…

فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا

Ucapkanlah bersama-sama

يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله... لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا اللهُ رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ... مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ.

Rabu, 02 November 2011

Keutamaan Puasa Arafah


Puasa Arafah adalah puasa sunnah yang dilaksanakan pada hari Arafah yakni tanggal 9 bulan Dzulhijah pada kalender Islam Qamariyah/Hijriyah. Puasa ini sangat dianjurkan bagi kaum Muslimin yang tidak menjalankan ibadah haji. Kesunnahan puasa Arafah tidak didasarkan adanya wukuf di Arafah oleh jamaah haji, tetapi karena datangnya hari Arafah tanggal 9 Dzulhijjah. Maka bisa jadi hari Arafah di Indonesia tidak sama dengan di Saudi Arabia yang hanya berlainan waktu 4-5 jam. Ini tentu berbeda dengan kelompok umat Islam yang menghendaki adanya ‘rukyat global’, atau kelompok yang ingin mendirikan khilafah islamiyah, dimana penanggalan Islam disamaratakan seluruh dunia, dan Saudi Arabia menjadi acuan utamanya.

Keinginan menyamaratakan penanggalan Islam itu sangat bagus dalam rangka menyatukan hari raya umat Islam, namun menurut ahli falak, keinginan ini tidak sesuai dengan kehendak alam atau prinsip-prinsip keilmuan. Rukyatul hilal atau observasi bulan sabit yang dilakukan untuk menentukan awal bulan Qamariyah atau Hijriyah berlaku secara nasional, yakni rukyat yang diselenggarakan di dalam negeri masing-masing dan berlaku satu wilayah hukum. Ini juga berdasarkan petunjuk Nabi Muhammad SAW sendiri. (Lebih lanjut tentang hal ini silakan klik di rubrik Syari’ah dan Iptek)Penentuan hari arafah itu juga ditegaskan dalam Bahtsul Masa’il Diniyah Maudluiyyah pada Muktamar Nahdlatul Ulama XXX di Pondok Pesantren Lirboyo, akhir 1999. Ditegaskan bahwa yaumu arafah atau hari Arafah yaitu tanggal 9 Dzulhijjah berdasarkan kalender negara setempat yang berdasarkan pada rukyatul hilal.Adapun tentang fadhilah atau keutamaan berpuasa hari Arafah tanggal 9 Dzulhijjah didasarkan pada hadits berikut ini:صَوْمُ يَوْمِ عَرَفَةَ يُكَفِّرُ سَنَتَيْنِ مَاضِيَةً وَمُسْتَقْبَلَةً وَصَوْمُ عَاشُوْرَاَء يُكَفِّرُ سَنَةً مَاضِيَةً
Puasa hari Arafah menebus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang dan puasa Asyura (10 Muharram) menebus dosa setahun yang telah lewat. (HR Ahmad, Muslim dan Abu Daud dari Abi Qotadah)Para ulama menambahkan adanya kesunnahan puasa Tarwiyah yang dilaksanakan pada hari Tarwiyah, yakni pada tanggal 8 Dzulhijjah. Ini didasarkan pada satu redaksi hadits lain, bahwa Puasa pada hari Tarwiyah menghapuskan dosa satu tahun, dan puasa pada hari Arafah menghapuskan (dosa) dua tahun. Dikatakan bahwa hadits ini dloif (tidak kuat riwayatnya) namun para ulama memperbolehkan mengamalkan hadits yang dloif sekalipun sebatas hadits itu diamalkan dalam kerangka fadla'ilul a’mal (untuk memperoleh keutamaan), dan hadits yang dimaksud tidak berkaitan dengan masalah aqidah dan hukum.Selain itu, memang pada hari-hari pada sepersepuluh bulan Dzulhijjah adalah hari-hari yang istimewa untuk menjalankan ibadah seperti puasa. Abnu Abbas RA meriwayatkan Rasulullah SAW bersabda:
مَا مِنْ أيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيْهَا أَحَبَّ إِلَى اللهِ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ يَعْنِيْ أَياَّمُ اْلعُشْرِ قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ! وَلَا الْجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ؟ قَالَ: وَلَا الْجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ إلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهُ فَلَمْ يَرْجِعُ مِنْ ذَلِكَ شَيْءٌ
Diriwayatkan Rasulullah SAW bersabda: Tidak ada perbuatan yang lebih disukai oleh Allah SWT, dari pada perbuatan baik yang dilakukan pada sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah. Para sahabat bertanya: Ya Rasulallah, walaupun jihad di jalan Allah? Rasulullah bersabda: Walau jihad pada jalan Allah kecuali seorang lelaki yang keluar dengan dirinya dan harta bendanya, kemudian tidak kembali selama-lamanya atau menjadi syahid. (HR Bukhari)Puasa Arafah dan Tarwiyah sangat dianjurkan bagi yang tidak menjalankan ibadah haji di tanah suci. Adapun teknis pelaksanaannya mirip dengan puasa Ramadhan.Bagi kaum Muslimin yang mempunyai tanggungan puasa Ramadhan juga disarankan untuk mengerjakannya pada hari Arafah ini, atau hari-hari lain yang disunnahkan untuk berpuasa. Maka ia akan mendapatkan dua pahala sekaligus, yakni pahala puasa wajib (qadha puasa Ramadhan) dan pahala puasa sunnah. Demikian ini seperti pernah dibahas dalam Muktamar NU X di Surakarta tahun 1935, dengan mengutip fatwa dari kitab Fatawa al-Kubra pada bab tentang puasa:
يُعْلَمُ أَنَّ اْلأَفْضَلَ لِمُرِيْدِ التََطَوُّعِ أَنْ يَنْوِيَ اْلوَاجِبَ إِنْ كَانَ عَلَيْهِ وَإِلَّا فَالتَّطَوُّعِ لِيَحْصُلَ لَهُ مَا عَلَيْهِ

Diketahui bahwa bagi orang yang ingin berniat puasa sunnah, lebih baik ia juga berniat melakukan puasa wajib jika memang ia mempunyai tanggungan puasa, tapi jika ia tidak mempunyai tanggungan (atau jika ia ragu-ragu apakah punya tanggungan atau tidak) ia cukup berniat puasa sunnah saja, maka ia akan memperoleh apa yang diniatkannya. (A Khoirul Anam) sumber: NU Online